5 Cara Meraih Sukses

Kamis, 10 September 2009, 0 komentar

Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan ini di waktu mendatang. Namun, jika dicermati, sebenarnya semua mengarah kepada sesuatu yang baik, sesuai kehendak Tuhan. Berkaca dari pengalaman bangsa Israel selama di padang gurun, terutama dalam konteks Bilangan 11:4-23, saat ini kita akan belajar tentang lima cara untuk meraih kesuksesan hidup.

1. Melupakan yang sudah berlalu
Salah satu kelemahan bangsa Israel adalah selalu mengingat apa yang sudah berlalu. Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israelpun menangislah pula serta berkata: “Siapakah yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat” (Bil. 11:4-6).

Sebuah nasihat bijak mengatakan, “Yesterday is history, today is story, and tomorrow is mystery.” Kadang-kadang sulit sekali melupakan kejadian yang sudah berlalu. Kita sulit melupakan orang yang menyakiti kita. Itu sebabnya, Tuhan memberikan Roh Kudus agar kita mampu melupakan apa yang telah berlalu dan menghadap ke depan untuk meniti perjalanan hidup yang lebih baik.

2. Mengucap syukur
Bangsa Israel tidak mengerti mengucap syukur. Mereka tidak bisa menghargai penyertaan Tuhan atas mereka. Pada waktu di Mesir, mereka bisa makan daging yang berlimpah, makan roti yang besar. Sementara di padang gurun mereka mendapat roti yang disebut manna. Manna cuma sebesar ketumbar. Jika di Mesir mereka bisa makan daging dengan berlimpah-limpah, di padang gurun mereka hanya makan daging burung puyuh.

Mereka kerap bersungut-sungut baik kepada Musa maupun Tuhan. Jika kita terus mengeluh atas hidup ini, kita tidak akan bahagia. Orang yang berbahagia adalah orang yang tahu dan bisa mengucap syukur kepada Tuhan.

3. Berbagi beban
Musa merasa putus asa dan meminta Tuhan membinasakannya. “Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau bunuh aku saja” (Bil. 11:15). Musa putus asa karena ia mengerjakan segala sesuatu, termasuk memimpin bangsa itu sendiri. Musa sudah berada pada titik jenuh karena ia menanggung beban itu seorang diri sampai Tuhan kemudian berfirman, “Kumpulkanlah di hadapan-Ku dari antara para tua-tua Israel tujuh puluh orang, yang kauketahui menjadi tua-tua bangsa dan pengatur pasukannya, kemudian bawalah mereka ke Kemah Pertemuan, supaya mereka berdiri di sana bersama-sama dengan engkau.” (Bil. 11:16). Walaupun seseorang pintar, kuat, punya segudang pengalaman, tapi ada batasnya. Belajarlah untuk membagi pergumulan dengan Tuhan dan orang yang bisa dipercaya, misalnya suami, istri, orang tua, anak, atau teman.

4. Hidup kudus dan benar
“Tetapi kepada bangsa itu, haruslah kamu katakan, kata Tuhan kepada Musa, kuduskanlah dirimu untuk esok, maka kamu akan makan daging” (Bil. 11:18). Tuhan menghendaki kita hidup kudus dan benar di hadapan-Nya. Jika Anda ingin diberkati Tuhan, sukses, sehat, dan mewujudkan impian menjadi kenyataan, belajarlah hidup lebih kudus, benar, layak, dan berkenan kepada Tuhan. Tuhan sangat menghargai dan bersukacita jika Dia melihat kita hidup dalam kekudusan.

Walaupun ikan berada di air laut yang asin, selama ikan itu hidup, ia tidak akan pernah menjadi asin.

5. Tidak meragukan Tuhan
Kerapkali keadaan membuat manusia merasa ragu, termasuk ragu terhadap Tuhan. Bahkan, Musa pun pernah meragukan Tuhan. “Tetapi kata Musa: “Bangsa yang ada bersama aku ini berjumlah enam ratus ribu orang berjalan kaki, namun Engkau berfirman: Daging akan Kuberikan kepada mereka, dan genap sebulan lamanya mereka akan memakannya! Dapatkah sekian banyak kambing domba dan lembu sapi disembelih bagi mereka, sehingga mereka mendapat cukup? Atau dapatkah ditangkap segala ikan di laut bagi mereka, sehingga mereka mendapat cukup?” Tetapi TUHAN menjawab Musa: “Masakan kuasa TUHAN akan kurang untuk melakukan itu? Sekarang engkau akan melihat apakah firman-Ku terjadi kepadamu atau tidak!” (Bil. 11:21-23)

Tuhan bisa membuat segala sesuatu menjadi indah, sempurna, dan baik. God has His own way. Tuhan punya cara untuk menolong kita. Dia juga punya waktu yang paling tepat untuk kita, Dia tidak pernah tergesa-gesa, tapi juga tidak pernah terlambat.

Sumber: Renugan Siang, Juli 2009

Indah Pada WaktuNYA

Rabu, 09 September 2009, 0 komentar

“... dan kamu akan menjadi saksi- Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi...” (Kisah Rasul 1: 8b)

Aneh tapi nyata, beberapa minggu sebelum teror bom Marriot dan Ritz Carlton di Jakarta (Juli 2009), saya sempat menonton film Vantage Point. Film itu tentang teroris yang meledakkan hotel dan berusaha membunuh presiden. Inti dari film itu adalah cerita yang tersebar dan dilihat banyak orang ternyata jauh berbeda dengan kenyataan sebenarnya. Pasalnya, kebanyakan orang hanya melihat secara parsial. Rajutan yang salah dari potongan-potongan parsial puzzle bisa menimbulkan persepsi yang sangat keliru.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia pun sering membangun persepsi berdasarkan pengamatan parsial (termasuk proses yang belum selesai) sehingga menghasilkan kesimpulan yang keliru. Sebelum menjadi kupu-kupu bersayap indah, makhluk itu adalah seekor ulat yang menjijikkan. Sebelum muncul pelangi yang indah, ada awan kelam dan hujan.

Dalam Alkitab ada banyak contoh fenomena yang bisa dipersepsikan keliru bila dilihat secara tidak lengkap. Iblis memutar-balikkan fakta dengan menekankan cerita yang tidak lengkap dalam usahanya menyesatkan manusia untuk melihat sisi yang keliru dari perintah dan kehendak Tuhan.

Marta keliru menyalahkan Tuhan Yesus yang dianggapnya terlambat datang sehingga Lazarus keburu meninggal dunia. Bila kita hanya membaca tentang kematian Tuhan Yesus tanpa membaca tentang kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga, tentu kesimpulan yang kita peroleh sangat buruk. Tuhan kita kalah dan mati! Bila kita hanya mendengar tentang kehidupan Paulus sewaktu masih bernama Saulus dan menjadi biang pembunuh orang Kristen, tentu kita akan menganggap Paulus orang jahat. Bila orang Israel berhenti mengelilingi Tembok Yerikho pada hari keenam, tentu tidak ada kemenangan yang diperoleh.

Bila Jenderal Naaman tidak menyelesaikan perintah untuk mencelupkan diri tujuh kali di Sungai Yordan dan berhenti pada hitungan keenam, tentu ia tidak akan pulih dari kustanya. Bila tidak bertekun, Yusuf tidak akan menjadi orang asing yang paling berkuasa di Mesir. Padahal sebelumnya ia dijual kakak-kakaknya sebagai budak, kemudian dijebloskan ke dalam penjara karena difitnah.

Bayangkan apa jadinya bila pelayan di Kana tidak mau menurut perintah Tuhan Yesus untuk mencedok air dari tempayan pembasuh kaki yang baru diisi air biasa dan membawanya untuk dicicipi kepala perjamuan. Tidak ada mukjizat air menjadi anggur.

Dari banyak contoh dalam Alkitab tersebut terlihat jelas bahwa kehendak Tuhan bagi kita anak-anak-Nya selalu baik. Manusia penuh keterbatasan dan Tuhan tidak terbatas. Bila hanya mengandalkan persepsi manusia yang terbatas, ada banyak kesimpulan salah yang bisa dimanfaatkan iblis untuk menjatuhkan manusia. Sebaliknya, bila kita mau menuruti perintah dan kehendak Tuhan, serta bertekun menjalankannya meski saat dijalankan terlihat atau terasa aneh, maka pada akhirnya kita akan melihat keindahan anugerah Tuhan.

Seringkali iblis berusaha menggagalkan kehendak Tuhan. Tidak semua yang terjadi di dunia ini merupakan kehendak Tuhan. Ada banyak peristiwa di dunia ini terjadi karena kehendak iblis atau buah dari kedagingan manusia. Sebagai contoh, Tuhan tidak menghendaki banyak orang menjadi korban bom oleh teroris. Namun Tuhan pasti mampu mengubah bencana menjadi berkat. Tuhan bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan berkat bagi kita anak-Nya yang mau dengar-dengaran dan bertekun menjalankan perintah dan kehendak-Nya.

Jadi, kalau saat ini Anda sedang menghadapi atau mengalami suatu peristiwa yang kelihatannya sangat buruk, yakinlah bahwa Tuhan itu baik. Kasih setia-Nya tak pernah berubah. Tetap sabar dan bertekun menuruti perintah dan kehendak Tuhan. “... Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya...” (Pengkhotbah 3:11a).

Sumber : ebahana