Alkitab Buku yang Telah Teruji

Rabu, 09 September 2009,

Pada zaman reformasi, Martin Luther menyerukan salah satu semboyan yang terkenal. Semboyan itu adalah Sola Scriptura. Artinya, hanya oleh Alkitab. Dari semboyan itu, dibangun pemahaman bahwa seluruh doktrin dan sikap hidup kristiani dibangun atas dasar Alkitab. Alkitab menduduki posisi sentral dalam teologi dan kehidupan Kristen sehari-hari.

PERGESERAN PARADIGMA
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, semboyan itu lama-lama mulai luntur. Bahkan dengan dominannya rasio pada zaman modern, maka Alkitab dianggap buku kuno—kurang relevan. Alkitab dianggap tidak ada kaitannya dengan kehidupan kini. Belum lagi, peralihan dari zaman modern ke postmodern. Stanley J. Grenz dalam Postmodernisme: Sebuah Pengenalan (terj. Wilson Suwanto) mengatakan: “Banyak kaum postmodern percaya bahwa keanekaragaman kebenaran dapat hidup berdampingan bersama-sama. Kesadaran postmodern menganut sikap relativisme dan pluralisme.” Berdasarkan pendapat itu, maka dapat dikatakan dalam era postmodern tidak ada kebenaran yang mutlak. Semua serba relatif. Termasuk kebenaran Alkitab yang diyakini sebagai firman Tuhan.

Di sisi lain, kita meyakini bahwa Alkitab adalah kebenaran mutlak (setidaknya bagi orang Kristen). Mengapa? Dasar pemahamannya adalah Alkitab wahyu Allah. Meminjam istilah Dr. W. Gary Crampton, disebutnya Alkitab adalah transkrip suci karakter-Nya. Maka, implikasi dari pemahaman tersebut ialah Alkitab adalah jawaban terhadap berbagai persoalan hidup manusia sepanjang masa. Alkitab selalu relevan karena sumbernya dari Allah yang kekal. Alkitab itu bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran (2Tim.3:16).

RELATIF?
Akan tetapi, bagaimana dengan pemahaman postmodern yang percaya pada relativisme dalam kebenaran. Kebenaran Alkitab itu relatif. Konsekuensinya, tidak usah terlalu mempercayai Alkitab karena Alkitab bukan kebenaran mutlak. Bahkan dalam komunitasnya (penganut postmodern) punya kebenaran lokal yang diakui bersama. Kebenaran itu bisa berasal dari berbagai sumber yang diadaptasi dan diterima oleh kelompok tersebut. Otomatis otoritas Alkitab sebagai firman Tuhan mulai tergeser.

Arus postmodern sukar dihindari. Nyatanya, pemikiran dan filosofi postmodern telah menembus budaya manusia. Ada baiknya, kita perlu merenungkan pernyataan Martin Luther yang saya bahasakan secara bebas. Luther mengatakan kita tidak bisa melarang burung terbang di atas kepala kita, tapi kita dapat melarangnya bersarang di atas kepala kita.

Sekarang, apakah Alkitab masih dapat dikatakan sebagai kebenaran mutlak? Bagaimana gereja meyakinkan umat bahwa Alkitab adalah kebenaran abadi yang masih relevan? Dan, bagaimana pula umat Kristen merespons kebenaran Alkitab yang dapat menjawab persoalan hidup masa kini?

0 komentar:

Posting Komentar