Makanan Utama

Rabu, 09 September 2009,

Bacaan: Kejadian 1:27-30
Terapi holistik mewajibkan pasien mengonsumsi makanan yang seimbang. Maklum, konsep dasar terapi holistic mengacu pada tata cara hidup yang tak serakah dan sesuai dengan alam. Wajar saja terapi dengan metode menyeluruh ini mewajibkan pasien menyantap buah tiap hari. Sebab buah mengandung banyak zat yang berguna bagi tubuh. Apel misalnya, mengandung garam mineral, pektin, dan asam oksalik. Pektin diyakini mampu menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida yang bisa mengganggu fungsi jantung. Adapun alpukat mengandung kalori, lemak baik yang berguna mengurangi kadar kolesterol, dan menjaga kelenturan otot-otot sendi. Sedangkan pisang yang mempunyai daging lembut bisa melapisi dinding-dinding lambung dan usus sehingga dapat menjadi lapisan anti radang di tubuh. Sementara kolaborasi pepaya dan mangga memiliki kandungan karbohidrat dan enzim yang tinggi.

Bukan tanpa tujuan jika Tuhan memberi perintah kepada manusia untuk menjadikan buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan menjadi makanan pokok. Tuhan tahu, bahan makanan jenis ini adalah yang terbaik bagi manusia untuk pertumbuhan maupun pemeliharaan sel. Berbagai zat makanan yang dibutuhkan tubuh manusia tersedia di berbagai tumbuhan maupun buah mampu memenuhi kebutuhannya. Di samping tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang menjadi makanannya, manusia juga bisa menambah sedikit bahan lain, yakni ikan, serta daging, serta hewan berkaki empat. Upaya terpenting dalam mengatur makanan ini adalah bagaimana manusia menjalankan prinsip keseimbangan. Jika tidak diterapkan, berbagai penyakit siap menghadang: obesitas, malnutrisi, avitaminosa, dan sebagainya. Kecuali menjaga komposisi jenis bahan makanan, kita juga perlu memerhatikan bahwa ada “makanan” lain yang tidak boleh diabaikan: makanan rohani. Kita bisa memenuhi kebutuhan ini dengan membaca Alkitab, mendengarkan khotbah, serta mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Agar keberadaan kita berdampak maksimal, marilah kita juga memerhatikan pola makan sehari-hari, baik makanan untuk tubuh maupun kerohanian.

Sumber: Renungan Malam, Agustus 2009

0 komentar:

Posting Komentar