Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan ini di waktu mendatang. Namun, jika dicermati, sebenarnya semua mengarah kepada sesuatu yang baik, sesuai kehendak Tuhan. Berkaca dari pengalaman bangsa Israel selama di padang gurun, terutama dalam konteks Bilangan 11:4-23, saat ini kita akan belajar tentang lima cara untuk meraih kesuksesan hidup.
1. Melupakan yang sudah berlalu
Salah satu kelemahan bangsa Israel adalah selalu mengingat apa yang sudah berlalu. Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israelpun menangislah pula serta berkata: “Siapakah yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat” (Bil. 11:4-6).
Sebuah nasihat bijak mengatakan, “Yesterday is history, today is story, and tomorrow is mystery.” Kadang-kadang sulit sekali melupakan kejadian yang sudah berlalu. Kita sulit melupakan orang yang menyakiti kita. Itu sebabnya, Tuhan memberikan Roh Kudus agar kita mampu melupakan apa yang telah berlalu dan menghadap ke depan untuk meniti perjalanan hidup yang lebih baik.
2. Mengucap syukur
Bangsa Israel tidak mengerti mengucap syukur. Mereka tidak bisa menghargai penyertaan Tuhan atas mereka. Pada waktu di Mesir, mereka bisa makan daging yang berlimpah, makan roti yang besar. Sementara di padang gurun mereka mendapat roti yang disebut manna. Manna cuma sebesar ketumbar. Jika di Mesir mereka bisa makan daging dengan berlimpah-limpah, di padang gurun mereka hanya makan daging burung puyuh.
Mereka kerap bersungut-sungut baik kepada Musa maupun Tuhan. Jika kita terus mengeluh atas hidup ini, kita tidak akan bahagia. Orang yang berbahagia adalah orang yang tahu dan bisa mengucap syukur kepada Tuhan.
3. Berbagi beban
Musa merasa putus asa dan meminta Tuhan membinasakannya. “Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau bunuh aku saja” (Bil. 11:15). Musa putus asa karena ia mengerjakan segala sesuatu, termasuk memimpin bangsa itu sendiri. Musa sudah berada pada titik jenuh karena ia menanggung beban itu seorang diri sampai Tuhan kemudian berfirman, “Kumpulkanlah di hadapan-Ku dari antara para tua-tua Israel tujuh puluh orang, yang kauketahui menjadi tua-tua bangsa dan pengatur pasukannya, kemudian bawalah mereka ke Kemah Pertemuan, supaya mereka berdiri di sana bersama-sama dengan engkau.” (Bil. 11:16). Walaupun seseorang pintar, kuat, punya segudang pengalaman, tapi ada batasnya. Belajarlah untuk membagi pergumulan dengan Tuhan dan orang yang bisa dipercaya, misalnya suami, istri, orang tua, anak, atau teman.
4. Hidup kudus dan benar
“Tetapi kepada bangsa itu, haruslah kamu katakan, kata Tuhan kepada Musa, kuduskanlah dirimu untuk esok, maka kamu akan makan daging” (Bil. 11:18). Tuhan menghendaki kita hidup kudus dan benar di hadapan-Nya. Jika Anda ingin diberkati Tuhan, sukses, sehat, dan mewujudkan impian menjadi kenyataan, belajarlah hidup lebih kudus, benar, layak, dan berkenan kepada Tuhan. Tuhan sangat menghargai dan bersukacita jika Dia melihat kita hidup dalam kekudusan.
Walaupun ikan berada di air laut yang asin, selama ikan itu hidup, ia tidak akan pernah menjadi asin.
5. Tidak meragukan Tuhan
Kerapkali keadaan membuat manusia merasa ragu, termasuk ragu terhadap Tuhan. Bahkan, Musa pun pernah meragukan Tuhan. “Tetapi kata Musa: “Bangsa yang ada bersama aku ini berjumlah enam ratus ribu orang berjalan kaki, namun Engkau berfirman: Daging akan Kuberikan kepada mereka, dan genap sebulan lamanya mereka akan memakannya! Dapatkah sekian banyak kambing domba dan lembu sapi disembelih bagi mereka, sehingga mereka mendapat cukup? Atau dapatkah ditangkap segala ikan di laut bagi mereka, sehingga mereka mendapat cukup?” Tetapi TUHAN menjawab Musa: “Masakan kuasa TUHAN akan kurang untuk melakukan itu? Sekarang engkau akan melihat apakah firman-Ku terjadi kepadamu atau tidak!” (Bil. 11:21-23)
Tuhan bisa membuat segala sesuatu menjadi indah, sempurna, dan baik. God has His own way. Tuhan punya cara untuk menolong kita. Dia juga punya waktu yang paling tepat untuk kita, Dia tidak pernah tergesa-gesa, tapi juga tidak pernah terlambat.
Sumber: Renugan Siang, Juli 2009
5 Cara Meraih Sukses
Label: Renungan
Indah Pada WaktuNYA
“... dan kamu akan menjadi saksi- Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi...” (Kisah Rasul 1: 8b)
Aneh tapi nyata, beberapa minggu sebelum teror bom Marriot dan Ritz Carlton di Jakarta (Juli 2009), saya sempat menonton film Vantage Point. Film itu tentang teroris yang meledakkan hotel dan berusaha membunuh presiden. Inti dari film itu adalah cerita yang tersebar dan dilihat banyak orang ternyata jauh berbeda dengan kenyataan sebenarnya. Pasalnya, kebanyakan orang hanya melihat secara parsial. Rajutan yang salah dari potongan-potongan parsial puzzle bisa menimbulkan persepsi yang sangat keliru.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia pun sering membangun persepsi berdasarkan pengamatan parsial (termasuk proses yang belum selesai) sehingga menghasilkan kesimpulan yang keliru. Sebelum menjadi kupu-kupu bersayap indah, makhluk itu adalah seekor ulat yang menjijikkan. Sebelum muncul pelangi yang indah, ada awan kelam dan hujan.
Dalam Alkitab ada banyak contoh fenomena yang bisa dipersepsikan keliru bila dilihat secara tidak lengkap. Iblis memutar-balikkan fakta dengan menekankan cerita yang tidak lengkap dalam usahanya menyesatkan manusia untuk melihat sisi yang keliru dari perintah dan kehendak Tuhan.
Marta keliru menyalahkan Tuhan Yesus yang dianggapnya terlambat datang sehingga Lazarus keburu meninggal dunia. Bila kita hanya membaca tentang kematian Tuhan Yesus tanpa membaca tentang kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga, tentu kesimpulan yang kita peroleh sangat buruk. Tuhan kita kalah dan mati! Bila kita hanya mendengar tentang kehidupan Paulus sewaktu masih bernama Saulus dan menjadi biang pembunuh orang Kristen, tentu kita akan menganggap Paulus orang jahat. Bila orang Israel berhenti mengelilingi Tembok Yerikho pada hari keenam, tentu tidak ada kemenangan yang diperoleh.
Bila Jenderal Naaman tidak menyelesaikan perintah untuk mencelupkan diri tujuh kali di Sungai Yordan dan berhenti pada hitungan keenam, tentu ia tidak akan pulih dari kustanya. Bila tidak bertekun, Yusuf tidak akan menjadi orang asing yang paling berkuasa di Mesir. Padahal sebelumnya ia dijual kakak-kakaknya sebagai budak, kemudian dijebloskan ke dalam penjara karena difitnah.
Bayangkan apa jadinya bila pelayan di Kana tidak mau menurut perintah Tuhan Yesus untuk mencedok air dari tempayan pembasuh kaki yang baru diisi air biasa dan membawanya untuk dicicipi kepala perjamuan. Tidak ada mukjizat air menjadi anggur.
Dari banyak contoh dalam Alkitab tersebut terlihat jelas bahwa kehendak Tuhan bagi kita anak-anak-Nya selalu baik. Manusia penuh keterbatasan dan Tuhan tidak terbatas. Bila hanya mengandalkan persepsi manusia yang terbatas, ada banyak kesimpulan salah yang bisa dimanfaatkan iblis untuk menjatuhkan manusia. Sebaliknya, bila kita mau menuruti perintah dan kehendak Tuhan, serta bertekun menjalankannya meski saat dijalankan terlihat atau terasa aneh, maka pada akhirnya kita akan melihat keindahan anugerah Tuhan.
Seringkali iblis berusaha menggagalkan kehendak Tuhan. Tidak semua yang terjadi di dunia ini merupakan kehendak Tuhan. Ada banyak peristiwa di dunia ini terjadi karena kehendak iblis atau buah dari kedagingan manusia. Sebagai contoh, Tuhan tidak menghendaki banyak orang menjadi korban bom oleh teroris. Namun Tuhan pasti mampu mengubah bencana menjadi berkat. Tuhan bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan berkat bagi kita anak-Nya yang mau dengar-dengaran dan bertekun menjalankan perintah dan kehendak-Nya.
Jadi, kalau saat ini Anda sedang menghadapi atau mengalami suatu peristiwa yang kelihatannya sangat buruk, yakinlah bahwa Tuhan itu baik. Kasih setia-Nya tak pernah berubah. Tetap sabar dan bertekun menuruti perintah dan kehendak Tuhan. “... Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya...” (Pengkhotbah 3:11a).
Sumber : ebahana
Label: Renungan
Kasih Melahirkan Mujizat
Galatia 5:22 mencatat “ Tetapi buah Roh ialah: kasih,….”. Kita tidak pernah bisa hidup tanpa kasih. Kita lahir karena kasih kedua orangtua kita. Kita masih bernafas karena ada kasih Yesus. Rasul Paulus menyatakan sekalipun mempunyai semua karunia dan iman yang sempurna, tetapi jika tidak mempunyai kasih, sama sekali tidak berguna. Ada tiga langkah dalam mukjizat kasih.
1. Kasih tanpa Syarat
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).
2. Kasih yang Berkurban
“Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm. 5:8).
3. Kasih yang Setia
“Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain….” (Mat. 6:24).
Bapa Surgawi sudah lebih dulu mengasihi kita tanpa syarat. Karena itu, dengan pengurapan Roh Kudus, pasti Anda dimampukan untuk hidup dalam mukjizat kasih-Nya dengan melakukan 3 langkah mukjizat kasih di atas.
Sumber: Majalah Bahana, September 2009
Label: Renungan
Laura Lazarus: Kecelakaan Pesawat itu Membuatku Lebih Mengenal Tuhan
Tubuh Laura Lazarus (24) pernah dikumpulkan bersama jenazah. Korban musibah pesawat Lion Air di bandara Adi Sumarmo, Solo 30 November 2004. Rintihannya sayup-sayup terdengar. Mengagetkan petugas yang merapikan korban tewas.
Laura kecil hidup dalam keluarga sangat sederhana. Ayahnya tertimpa masalah pekerjaan. Rumah pun dijual untuk menutup hutang. Peristiwa pahit itu menimbulkan rentetan panjang masalah keluarga. Setelah menumpang di rumah Oma, mereka mendirikan rumah di atas bekas kuburan anjing, 2x40 m. Pindah dari kontrakan satu ke kontrakan yang lain di lingkungan kumuh di Jakarta Barat.
Masalah ekonomi kerap memicu pertengkaran orangtuanya. Laura dan Dewi, adiknya menjadi sasaran kemarahan mereka. “Bisa bayangkan, kami berempat pernah tinggal di rumah papan ukuran 3x4m. Karena sempit, kaki atau kepala kami melewati pintu rumah yang dibuka. Semua orang yang lewat lihat kami…” kata Laura yang saat wawancara didampingi Dewi, adiknya di sebuah mal di daerah Kelapa Gading, Jakarta.
Makan adalah persoalan hampir setiap hari. Satu kali saat makan tiba, hanya ada seribu rupiah. Ibunya menyuruh Dewi membeli terong. “Mama membuat sambal, kami makan dengan sangat lahap. Enaknya masih kebayang…,” ujar Dewi terkekeh.
Syukur, Ibunya seorang pekerja keras. Selalu berjuang agar mereka bisa makan dan kedua anaknya tetap bersekolah. Sebelum berangkat ke sekolah, Laura kerap membantu, menyunggi tampah atau penampi berisi donat buatan ibunya, membawanya ke warung.
Urusan sekolah menjadi persoalan tersendiri bagi Laura dan Dewi. Mereka sering menahan malu di hadapan teman-teman sekolahnya. Ditegur atau dipanggil guru karena menunggak uang sekolah atau belum melunasi kewajiban lain. Satu kali, karena tidak punya sepatu hitam, Dewi mewarnai sepatu putihnya dengan spidol hitam. Dewi pakai sepatu kreasinya ke sekolah. Namun tak disangka hujan turun, sepatu basah, spidol itu luntur.
Di tengah-tengah kesulitan, datang pertolongan. Om Andre membantu biaya sekolah dan Om Hilton, menebus ijazah. Keduanya adalah adik ayahnya yang kerap membantu Laura dan Dewi. “Bahkan Om Hilton menawari membiayai kuliah. Namun tekadku waktu itu, setelah lulus, aku bekerja,” kenang kelahiran Jakarta 25 Maret 1985, anak pertama dari dua bersaudara pasangan Jhon Lim dan Fanny.
Impian Masa Kecil
Cita-cita Laura tak pernah berubah. Saat ia masih kanak, wajah, penampilan dan gaya pramugari melekat erat dalam pikirannya. Terpatri di hati kecilnya yang paling dalam. Ia senyum-senyum sendiri tatkala membayangkan berseragam rapi, menenteng koper, berjalan anggun…Oh…cantiknya! Rasa bangga berjingkat-jingkat di hati yang kerap terluka dengan keruwetan persoalan orangtua. Pramugari yang pernah ia dengar, banyak uang, pintar dan bisa keliling dunia. Ahai…keliling dunia….keliling dunia. Wow!
Tak dapat ditunda. Inilah saatnya, pikir Laura. Tapi bagaimana caranya? Titik terang datang juga…. “Anak ibu datang saja bawa lamaran ke perusahaan penerbangan itu,” kata salah seorang pelanggan kue bikinan Fanny.
Hati Laura benar-benar berdebar. Badan ditimbang dan diukur tingginya. Para pelamar berjajar menghadap para penyeleksi. “Kami sarankan datang kembali dua tahun lagi…,” kata penerima CV Laura. Yah..usianya belum memenuhi syarat. Ia belum cukup umur, baru 16 tahun. Mama yang mendampinginya memberi penghiburan, “ Jangan sedih…dua tahun kembali.” Laura terhibur…, pramugari! Beberapa bulan kemudian, Laura mencoba di perusahaan penerbangan yang berbeda. Hasilnya sama, ditolak karena umur.
Tak mau menganggur, Laura melamar pekerjaan dan diterima menjadi staf administrasi bagian gudang. Pekerjaan yang membosankan bagi Laura. Penantian yang panjang menjadi pramugari.
Menjadi Pramugari
Juli 2003. Ditemani ibunya, Laura kembali melamar menjadi pramugari. Kali ini Laura tersandung kelebihan berat badan. Oh, baginya tak masalah. Ia akan berjuang menurunkannya. Pasti bisa! Beberapa bulan kemudian, ia kembali datang ke perusahaan penerbangan swasta yang sama, Lion Air. Interview dilakukan beberapa tahap. Laura diminta mengikuti training! Wah…senangnya bukan main.
Training yang cukup berat dilakukan selama tiga bulan. Mengenal semua jenis pesawat, cara menggunakan semua peralatan dalam kabin, prosedur keselamatan penumpang menjadi porsi utama sampai cara menghadapi itikad penumpang yang tidak baik. Mengevakuasi penumpang kalau terjadi kecelakaan. Pokoknya harus terlebih dulu menyelamatkan penumpang daripada diri sendiri. Instruktur menjelaskan sederetan sanksi yang akan menjerat bila melakukan pelanggaran.
Semua terbayang dengan jelas pertama kali menyeret koper keluar dari gang sempit rumahnya. Dan terbang. Menerima gaji dan berbagai tunjangan dari hasil pekerjaannya. Makan dan tidur di hotel berbintang sesampai di kota dan negara tujuan. Gaya hidup Laura berubah. Ia bisa membeli baju merk branded dan sepatu tiga pasang sekaligus. “Sering sekali barang yang dibeli tak terpakai…hanya ditumpuk di rumah. Karena yang dibeli keinginan bukan kebutuhan,” sesal Laura.
Kecelakaan Itu
30 November 2004 Laura mendapat tugas rute Jakarta-Solo. Sudah beberapa hari sebelumnya perasaannya tak nyaman. Sampai di bandara, bergegas menuju flops, melihat nama crew yang bertugas hari itu. Hati Laura senang, Dessy, dijadwalkan pada penerbangan yang sama. Namun hari itu sikap Dessy tak biasa. Sahabat yang bawel ini terlihat pendiam. Laura tak ingin mengusik teman seperjuangan dalam musibah di Palembang. Pesawat mendarat melewati batas landasan pacu. Pesawat berhenti sejauh 50 meter dari bentangan kabel tegangan tinggi setelah roda ambles sedalam 50 cm ke dalam tanah. Seluruh crew bekerja keras. Mengevakuasi mereka sesuai prosedur. Syukurlah, tak ada korban meninggal dalam peristiwa itu.
Penerbangan sore, Lion JT 538 mengudara. Cuaca sangat buruk. Guncangan dan hentakan berulangkali. Perasaan Laura makin tak enak. Awak kabin memberi pengumuman agar para penumpang tetap menggunakan sabuk pengaman. “Para penumpang yang terhormat, kita sedang terbang dalam cuaca kurang baik….” disusul suara Captain. “Prepare for arrival”. Hitungan menit pesawat akan segera mendarat di bandara Adi Sumarmo 18.14 WIB. Sungguh langit Solo kelam.
Detik mengejar detik berikutnya. Dan peristiwa mengerikan itu terjadi. Badan pesawat terhempas. Menimbulkan suara yang keras. Awak dan penumpang histeris. Jeritan pilu, erangan, rintihan kesakitan beradu dari segala arah. Tubuh Laura dihantam dan tertindih berbagai benda keras. Bau anyir pekat mengumpul di hidungnya. Kepala Laura terasa sangat berat.
Tubuh “Rusak” Berat
Tak lama kemudian dengan cepat orang bisa melihat peristiwa mengenaskan. Karena ada penumpang seorang reporter dan kameraman televisi swasta, korban selamat yang merekam peritiwa itu.
Menurut investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi pesawat mengalami hydroplaning. Hilangnya efektivitas pengereman saat mendarat. Akibat¬nya pesawat melaju hingga menabrak landasan pacu. Sebagian badan pesawat nyungsep di kuburan yang tak jauh dari bandara. Korban tewas 34 orang!
“Ini ada kenang-kenangannya,” ungkap Laura yang kini mengelola usaha restoran Cobek Babe di daerah Kelapa Gading ini. Laura menunjukkan pipi sebelah kanan bekas jahitan dan kaki yang bergumpal-gumpal bekas 17 kali operasi. Daging paha Laura dicangkokkan ke betis kanan yang hilang. Pinggangnya patah. Daging pipi kanan tercabik dan tulangnya remuk. Dalam peristiwa itu Laura banyak kehilangan teman kerjanya, termasuk Dessy.
Mengalami Pemulihan
Laura sangat bersyukur masih diberi hidup. Pastilah ada rencana Tuhan baginya. Kesempatan kehidupan yang tak boleh sedikit pun ia sia-siakan. Beberapa media cetak dan elektronik menulis dan menayangkan kesaksiannya. Ia juga menulis kisahnya dalam buku Unbroken Wings.
Lewat peristiwa itu, Laura mengenal Tuhan secara pribadi, keluarga dipulihkan. Dan tak lama lagi ia bersaksi lewat lagu yang akan ia nyanyikan. Terbanglah Laura. Terbang dengan sayap yang tak akan pernah patah.
Sumber: Majalah Bahana, Agustus 2009
Label: Kesaksian
Makanan Utama
Bacaan: Kejadian 1:27-30
Terapi holistik mewajibkan pasien mengonsumsi makanan yang seimbang. Maklum, konsep dasar terapi holistic mengacu pada tata cara hidup yang tak serakah dan sesuai dengan alam. Wajar saja terapi dengan metode menyeluruh ini mewajibkan pasien menyantap buah tiap hari. Sebab buah mengandung banyak zat yang berguna bagi tubuh. Apel misalnya, mengandung garam mineral, pektin, dan asam oksalik. Pektin diyakini mampu menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida yang bisa mengganggu fungsi jantung. Adapun alpukat mengandung kalori, lemak baik yang berguna mengurangi kadar kolesterol, dan menjaga kelenturan otot-otot sendi. Sedangkan pisang yang mempunyai daging lembut bisa melapisi dinding-dinding lambung dan usus sehingga dapat menjadi lapisan anti radang di tubuh. Sementara kolaborasi pepaya dan mangga memiliki kandungan karbohidrat dan enzim yang tinggi.
Bukan tanpa tujuan jika Tuhan memberi perintah kepada manusia untuk menjadikan buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan menjadi makanan pokok. Tuhan tahu, bahan makanan jenis ini adalah yang terbaik bagi manusia untuk pertumbuhan maupun pemeliharaan sel. Berbagai zat makanan yang dibutuhkan tubuh manusia tersedia di berbagai tumbuhan maupun buah mampu memenuhi kebutuhannya. Di samping tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang menjadi makanannya, manusia juga bisa menambah sedikit bahan lain, yakni ikan, serta daging, serta hewan berkaki empat. Upaya terpenting dalam mengatur makanan ini adalah bagaimana manusia menjalankan prinsip keseimbangan. Jika tidak diterapkan, berbagai penyakit siap menghadang: obesitas, malnutrisi, avitaminosa, dan sebagainya. Kecuali menjaga komposisi jenis bahan makanan, kita juga perlu memerhatikan bahwa ada “makanan” lain yang tidak boleh diabaikan: makanan rohani. Kita bisa memenuhi kebutuhan ini dengan membaca Alkitab, mendengarkan khotbah, serta mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Agar keberadaan kita berdampak maksimal, marilah kita juga memerhatikan pola makan sehari-hari, baik makanan untuk tubuh maupun kerohanian.
Sumber: Renungan Malam, Agustus 2009
Label: Renungan
Duta TUHAN
Bacaan: Markus 5:1-20
Tahun 1993, seorang teman kuliah saya mengajak saya untuk mengikuti retreat di Jawa Timur. Saya menerima ajakan teman saya dan di retreat itulah saya mengalami mujizat Tuhan. Saya disembuhkan dari penyakit asma. Bukan hanya itu saja, saya menerima karunia untuk berbahasa Roh. Sesuatu yang bagi saya adalah anugerah. Saya mengalami sukacita yang berlimpah. Walau saya sudah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat sejak tahun 1985, bahkan sudah melayani-Nya, tetapi iman kekristenan saya jatuh bangun. Mengikuti retreat dan mengalami jamahan mujizat Tuhan merupakan titik balik dari iman Kekristenan saya yang jatuh bangun. Sejak itulah saya antusias untuk bercerita kepada siapa saja apa yang telah Yesus kerjakan dalam hidup saya.
Alkitab menceritakan ketika Yesus mengusir roh jahat yang berjumlah besar dari seseorang yang tinggal di daerah pekuburan. Tidak ada seorang pun yang mampu merantainya. Tenaganya menjadi sangat luar biasa. Dia dijauhi oleh banyak orang dan sangat mengganggu lingkungan. Sampai suatu ketika Yesus mengusir roh-roh jahat keluar dari tubuhnya. Orang tersebut minta izin agar dikenan Yesus untuk menyertai-Nya (Markus 5:18). Akan tetapi Yesus tidak memperkenankannya, bahkan menyuruh orang tersebut untuk pulang dan menceritakan kepada orang sekampungnya apa yang telah Yesus perbuat atas hidupnya. Orang itu pun taat kepada Tuhan. Sesungguhnya orang tersebut telah mendapat kehormatan. Ia menjadi duta besar kerajaan Allah dengan bercerita tentang apa yang telah ia alami dan mempromosikan kuasa Yesus. Dalam 2 Korintus 5:20, tertulis: “Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.” Dengan jelas ada kata utusan–utusan Kristus. Kata tersebut sama dengan duta besar yang sama artinya dengan ambassador. Menjadi ambassador mewakili suatu negara adalah suatu kehormatan.
Dengan menjadi utusan suatu negara berarti nilai kita dipandang sebagai pribadi yang luar biasa. Bersediakah Anda menerima kehormatan menjadi ambassador Kerajaan Surga?
Sumber: Renungan Pagi, Agustus 2009
Label: Renungan
Mantapnya Percaya
Bacaan: Mazmur 50:1-15
Seorang kepala suku Indian yang sudah bertobat ditanya oleh salah seorang sahabatnya, ¨Mengapa kamu selalu membicarakan dan menyebut nama Yesus?¨ Pertanyaan itu tidak cepat dijawab, namun dengan tenang ia mengambil ranting-ranting dan rumput kering, dibuat bentuk lingkaran lalu mulai membakarnya. Sebelumnya, ia meletakkan seekor ulat di tengah-tengah api. Api yang semakin panas membuat ulat tersebut menggeliat dan ingin segera keluar dari lingkaran api itu. Sang kepala suku lalu mengulurkan jari tangannya dan dengan segera ulat itu merambat naik dengan selamat.
¨Seperti itulah yang dilakukan Tuhan Yesus ketika saya tidak berdaya, berada di tengah-tengah bahaya, saya berseru mohon pertolongan pada-Nya. Dia mendengarkan saya dan memberi pertolongan,¨ kata kepala suku Indian tersebut. Dalam hidup ini, yakinlah bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita, tangan-Nya senantiasa terulur untuk menolong dan menyelamatkan kita. Dia adalah menara perlindungan, kota benteng, gunung batu dan perisai keselamatan umat-Nya. Sudah selayaknya untuk kita memercayakan seluruh hidup kita kepada-Nya. Namun sayangnya, kadangkala kita mendapati para orang percaya mengharapkan pertolongan di luar Tuhan, meski sebenarnya mengerti siapa yang dapat menolongnya. Hanya Allah yang menjadi tempat sandaran dan kepercayaan kita.
Di saat segala sesuatu nampak sulit, bahkan seakan tembok tebal menghalangi kita, jawabannya hanya satu, berserah penuh kepada kuasa Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Ingatlah bahwa tangan kasih-Nya senantiasa terulur untuk menolong, memberi jalan keluar dan memimpin seluruh hidup kita. Mari berserah pada-Nya.
Sumber: Renungan Siang, Agustus 2009
Label: Renungan
Menolong Sesama
Bacaan: Lukas 10:25-37
Program reality show saat ini merebak di berbagai stasiun televisi di Indonesia. Salah satu tema yang paling disukai berkisar pada sosial kemanusiaan, misalnya reality show Minta Tolong. Program ini menengahkan suatu situasi di mana seseorang sedang mencari pertolongan dari orang lain. Hal tersebut tidaklah mudah, apalagi yang meminta tolong adalah memiliki kekurangan fisik dan kaum papa. Akibatnya banyak orang yang menolak ketika dimintai tolong.
Program reality show ini hendak mengajak para pemirsa untuk melihat bahwa semakin sedikitnya orang yang masih memiliki kasih bagi sesamanya. Apalagi kasih yang tanpa pamrih. Padahal bukan sesuatu yang mahal yang mereka minta, bukan pula sesuatu yang sulit untuk dikerjakan. Namun sepertinya budaya gotong-royong atau kebersamaan telah memudar dari tengah kehidupan masyarakat kita. Terlebih lagi di kehidupan masyarakat kota besar yang menganut pola hidup individualis dan metropolis.
Melalui acara Minta Tolong saya diingatkan tentang ajaran Tuhan Yesus yaitu supaya kita mengasihi sesame seperti kita mengasihi diri kita sendiri seperti bacaan kita hari ini yaitu tentang orang Samaria yang baik hati. Secara golongan dan suku bagi orang Yahudi saat itu tidak diperbolehkan orang Yahudi bergaul dengan orang Samaria. Namun Tuhan Yesus mengajarkan kita agar kita mengasihi sesame manusia tanpa melihat golongan atau suku. Memang hal tersebut bukan suatu yang mudah untuk dilakukan. Selain itu yang perlu kita ingat adalah bahwa kita sebagai orang percaya dituntut untuk dapat menjadi garam dan terang dunia, terutama bagi orang-orang di sekitar kita supaya melalui kehidupan kita banyak orang dapat merasakan kasih Allah dan dapat mengenal Allah yang benar.
Marilah kita memulai hari ini dengan mengasihi orang-orang sekitar kita. Jangan pernah menunda saat memberi pertolongan kepada setiap orang yang membutuhkannya, terutama pada orang-orang terdekat kita. Sekecil apa pun bentuk pertolongan kita bagi orang lain adalah hal yang berharga.
Sumber: Renungan Malam, Agustus 2009
Label: Renungan
Kenangan Masa Lalu
Bacaan: Efesus 5:1-9
Perjumpaan yang tidak disangka-sangka! Begitu kesan yang saya dapatkan ketika mengingat perjumpaan dengan Eri Laksono, teman SMP saya dulu. Sekitar 10 tahun kami tidak bertemu. Pertemuan dengan Eri menjadi awal dari pertemuan dengan sahabat-sahabat saya ketika SMP dulu. Salah satu hasilnya adalah reuni yang berlangsung dua kali sejak 2007 lalu. Perjalanan Jogja-Surabaya seakan menjadi jarak yang relatif dekat bagi saya, karena ingin bertemu dengan teman-teman lama. Reuni yang membuat kami kangen dengan apa yang pernah kami jalani bersama-sama lebih dari 10 tahun lalu, menjadi bagian hidup yang memberi inspirasi setelah saya memasuki dunia kerja.
Bertemu dengan teman lama sungguh mengasyikkan. Ada banyak cerita mengenai hal-hal yang menarik di masa lalu yang seakan tidak ada habisnya untuk dibicarakan. Suatu pertemuan yang dirindukan oleh banyak orang, terutama yang memiliki kenangan manis di masa lalu. Begitu dahsyatnya dampak dari masa sehingga cara ini pun dipakai oleh Iblis. Ia seringkali merayu dan membujuk orang-orang percaya untuk mengingat kehidupan masa lalunya, berbagai macam kebiasaan buruk yang pernah mengikatnya, bahkan dosa-dosa dan kegagalan yang pernah dialaminya. Kenangan semacam ini harus dibuang jauh-jauh dari kehidupan kita. Ingatlah bahwa kita adalah manusia baru, yang sudah dimerdekakan, dibebaskan dari kuasa dosa, dikuduskan dan ditebus oleh darah Kristus. Kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, dari Kerajaan Gelap menuju Kerajaan Terang untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Bagaimana mungkin kita mau kembali pada kehidupan yang lama?
Di bulan kemerdekaan ini, berhati-hatilah untuk setiap bujukan Iblis yang mengingatkan kita akan kehidupan masa lalu, serta daya pikatnya yang ingin membawa kita kembali pada kehidupan yang lama. Salah satunya mungkin menghampiri kita hari ini. Kristus telah memerdekakan kita. Hiduplah sebagai anak-anak terang, seperti yang dikehendaki dalam firman-Nya. Mari arahkan fokus hidup kita hanya kepada Tuhan, supaya melalui hidup kita nama Tuhan dimuliakan dan banyak orang boleh mengenal Dia.
Sumber: Renungan Pagi, 2009
Label: Renungan
Wah, Ini Mewah !
Bacaan: Ulangan 8:1-20
Rekan saya yang bernama Afriadi memiliki kebiasaan unik. Ia senang sekali mengatakan, “Wah, ini mewah.” Mulanya saya anggap itu sebagai suatu lelucon karena ia mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Namun, ternyata tidak demikian. Dalam banyak hal, perkataan itu kerap dikatakannya. Salah satunya saat kami makan siang. Entah lauknya sesuai seleranya atau tidak, ia pasti mengatakan, “Wah, ini mewah.” Pernah suatu kali saya bertanya kepadanya, “Lho, kalau semua mewah, lantas kapan tidak mewahnya?” Dengan santai dan mantap ia menjawab, “Ya, tidak ada. Pokoknya semua mewah!”
Disadari atau tidak, Tuhan selalu memperlakukan kita dengan istimewa. Banyak hal luar biasa yang diberikan-Nya pada kita. Jika mau menghitungnya, takkan cukup waktu untuk melakukannya karena terlalu banyak yang Allah berikan pada kita. Mulai dari makanan, pakaian, tempat tinggal, udara, kesehatan, keuangan, dan lain sebagainya. Apalagi Tuhan memberikan semuanya itu dengan gratis. Bukankah itu suatu kemewahan? Saat banyak orang harus mendapatkannya dengan bersusah payah dan membayar mahal, kita malah mendapatkannya dengan cuma-cuma. Namun sayangnya, banyak orang justru tidak memahami hal ini. Bukan hanya tidak berterimakasih pada Tuhan, tetapi juga menyia-nyiakannya. Bangsa Israel adalah suatu contoh buruk tentang orang-orang yang diberkati tetapi tidak tahu mensyukurinya. Tak heran jika akhirnya Tuhan kerap menghukum mereka dengan berbagai kesusahan hidup.
Saat ini, hargailah setiap berkat dengan bersyukur dan menjaganya sungguh-sungguh. Jauhkanlah sungut-sungut yang tidak berguna itu dari mulut kita, ucapkanlah syukur, dan hargailah setiap kemurahan-Nya. Wah, ini mewah!
Sumber: Renungan Siang, Agustus 2009
Label: Renungan
Keajaiban Karya TUHAN
Bacaan: Mazmur 139:13-19
Saat memeriksa seorang perempuan dari kota Wuhan di China, tim dokter sangat terkejut karena perempuan itu hanya memiliki otak separuh. Perempuan itu datang ke rumah sakit karena merasa sedikit pusing. Ketika tim dokter melakukan foto scan MRI, mereka terkejut melihat bagian kanan kepalanya hanya berwarna abu-abu. Direktur Departemen Rehabilitasi Saraf RS Wuhan Zhang Linhong berkata, ”Sesuai pemahaman kami, otak kiri mengontrol bahasa. Namun pasien ini tidak mengalami masalah komunikasi.” Ibu perempuan itu bercerita bahwa selama ini anaknya hidup normal. ”Ia lulus SMA dengan nilai memuaskan, bahkan bisa mengingat nomor telpon dan nama dengan cepat.” Prof. Isaac Asimov menyelidiki otak manusia dan menemukan beberapa hal yang menakjubkan:
- Manusia memiliki 200 milyar sel otak (sebanyak bintang di galaksi).
- Otak manusia mampu menggunakan 100 milyar bit informasi (sama dengan 500 ensiklopedia).
- Kecepatan gerak pikiran manusia 300 mil per jam (lebih cepat dari kereta api tercepat di Jepang).
- Otak manusia memiliki lebih dari 100 trilyun hubungan yang mungkin (lebih hebat dari komputer yang tercanggih)
- Setiap 24 jam manusia memiliki 4 ribu ide.
Alangkah dahsyatnya kemampuan otak manusia. Namun demikian, tetap memerlukan peran dari manusia itu sendiri untuk mengembangkan dan memakainya. Sayangnya, potensi ini kurang dimaksimalkan. Salah satu caranya adalah dengan melatih otak untuk mengingat dan berpikir. Menurut penelitian, kegiatan semacam ini dapat meningkatkan kemampuan fungsi otak, menyambung syaraf-syaraf otak, bahkan dapat mengurangi resiko kepikunan.
Bersyukurlah atas potensi luar biasa yang Tuhan berikan kepada kita. Manfaatkanlah itu dengan lebih maksimal lagi. Jika perempuan tersebut dapat memaksimalkan, bukankah seharusnya kita dapat lebih maksimal lagi?
Sumber: Renungan Malam, September 2009
Label: Renungan
Think First !
Bacaan: Amsal 17:1-28
Berhati-hatilah ketika Anda memiliki kebiasaan mengejek orang lain karena sesuatu yang tidak bisa dilakukan olehnya. Jiverly Voong (41), imigran AS asal Vietnam menembak mati 13 orang di Binghamton, New York, AS setelah menderita sekian lama akibat menerima ejekan menyangkut ketidakcakapannya dalam berbahasa Inggris. Pada 3 April 2009 lalu, Voong mendatangi gedung The American Civic Association (ACA), tempat para imigran belajar bahasa Inggris, lalu menembak dengan membabi buta tanpa sepatah kata pun, kemudian diakhiri dengan membunuh dirinya sendiri.
Amsal 18:27 berkata, “Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya...” Nampaknya, ada korelasi antara pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dengan apa yang diucapkan olehnya. Orang yang berpengetahuan tidak sekadar berbicara namun juga perlu memikirkan dampak dari apa akan terucap dari mulutnya. Perkataan yang sudah diucapkan tidak akan bisa ditarik lagi. Permintaan maaf, pengampunan, atau pemberesan pun tetap tidak membuat hati yang terlanjur luka menjadi seperti semula. Hal itu seperti menarik sebuah paku yang sudah terlanjur ditancapkan ke sebuah batang kayu. Meskipun paku sudah dilepaskan, bekas tusukannya masih tetap ada. Bayangkanlah betapa besar dampak yang akan dihasilkan seandainya setiap orang terutama orang percaya memikirkan terlebih dahulu setiap perkataan yang diucapkannya, mungkin keadaan dunia, hubungan dengan sesama, kesatuan tubuh Kristus, bahkan keadaan negara kita akan jauh lebih baik. Seandainya teman-teman dari Jiverly Voong tidak mengejek ketidakcakapannya melainkan memberikan dorongan serta memotivasi kepadanya, mungkin benih dendam dan kepahitan dapat berubah menjadi hubungan persahabatan yang erat di antara mereka.
Think first! Berpikirlah terlebih dahulu! Sepanjang hari ini, hendaknya peringatan ini menyadarkan kita akan potensi positif dan negatif ketika sebuah perkataan meluncur dari mulut kita. Ingatlah bahwa mencegah tetap lebih baik daripada mengobati. Pengobatan tidak perlu dilakukan jikalau kondisi seseorang tetap sehat, bukan? Oleh karena itu, awasilah setiap perkataan kita!
Sumber: Renungan Pagi, September 2009
Label: Renungan
Sikap Pemenang
Bacaan: Yesaya 40:1-11
Yon adalah seorang karyawan di sebuah perusahan konveksi. Suatu hari ia bercerita bahwa perusahaan tempatnya bekerja sedang mengalami krisis. Yang membuatnya prihatin adalah sikap beberapa karyawan yang tidak menolong memecahkan masalah, namun malah sibuk mencari kambing hitam atas masalah tersebut. Beberapa orang mengritik perusahaan, sedang yang lainnya menuding rekannya di bagian lain tidak becus bekerja. Akibatnya suasana kerja menjadi kurang nyaman. “Saya yakin para pimpinan sedang bekerja keras untuk lepas dari krisis ini. Yang mereka perlukan sekarang adalah dukungan dari berbagai pihak, bukannya cemoohan atau perkataan-perkataan yang tidak membangun,” katanya mengkritisi.
Ini mungkin bukan sesuatu yang menyenangkan, tetapi kenyataan yang harus dihadapi bahwasanya kehidupan seseorang tidak pernah lepas dari masalah. Di manapun kita berada, persoalan itu pasti selalu ada: di tempat kerja, lingkungan pergaulan, bahkan keluarga. Namun demikan, permasalahan tidak akan pernah selesai jika tidak ada itikad untuk menyelesaikannya. Untuk itu kita harus mampu menyikapi setiap permasalahan dengan bijaksana, bukannya malah mengumpat, mencemooh, mencaci maki, atau mencari kambing hitam. Sebagai teladan, perhatikanlah bagaimana Tuhan tidak menyuruh Yesaya mengutuki bangsa Israel yang tengah dirundung masalah, tetapi justru meminta Yesaya untuk mengucapkan penghiburan bagi bangsanya. Tindakan seperti inilah yang diperlukan setiap orang, termasuk diri kita sendiri, agar mampu bangkit dan menang atas masalah-masalah kehidupan.
Saat ini, perhatikanlah dengan seksama apa yang keluar dari mulut kita saat permasalahan itu datang. Perkataan-perkataan yang memberkati atau perkataan-perkataan yang mengutuk?
Sumber: Renungan Siang, September 2009
Label: Renungan
Sikap Pemenang
Bacaan: Yesaya 40:1-11
Yon adalah seorang karyawan di sebuah perusahan konveksi. Suatu hari ia bercerita bahwa perusahaan tempatnya bekerja sedang mengalami krisis. Yang membuatnya prihatin adalah sikap beberapa karyawan yang tidak menolong memecahkan masalah, namun malah sibuk mencari kambing hitam atas masalah tersebut. Beberapa orang mengritik perusahaan, sedang yang lainnya menuding rekannya di bagian lain tidak becus bekerja. Akibatnya suasana kerja menjadi kurang nyaman. “Saya yakin para pimpinan sedang bekerja keras untuk lepas dari krisis ini. Yang mereka perlukan sekarang adalah dukungan dari berbagai pihak, bukannya cemoohan atau perkataan-perkataan yang tidak membangun,” katanya mengkritisi.
Ini mungkin bukan sesuatu yang menyenangkan, tetapi kenyataan yang harus dihadapi bahwasanya kehidupan seseorang tidak pernah lepas dari masalah. Di manapun kita berada, persoalan itu pasti selalu ada: di tempat kerja, lingkungan pergaulan, bahkan keluarga. Namun demikan, permasalahan tidak akan pernah selesai jika tidak ada itikad untuk menyelesaikannya. Untuk itu kita harus mampu menyikapi setiap permasalahan dengan bijaksana, bukannya malah mengumpat, mencemooh, mencaci maki, atau mencari kambing hitam. Sebagai teladan, perhatikanlah bagaimana Tuhan tidak menyuruh Yesaya mengutuki bangsa Israel yang tengah dirundung masalah, tetapi justru meminta Yesaya untuk mengucapkan penghiburan bagi bangsanya. Tindakan seperti inilah yang diperlukan setiap orang, termasuk diri kita sendiri, agar mampu bangkit dan menang atas masalah-masalah kehidupan.
Saat ini, perhatikanlah dengan seksama apa yang keluar dari mulut kita saat permasalahan itu datang. Perkataan-perkataan yang memberkati atau perkataan-perkataan yang mengutuk?
Sumber: Renungan Siang, September 2009
Label: Renungan
Hubungan Yang Terabaikan
Bacaan: Hagai 2:16-20
Ada banyak hal yang memengaruhi kehidupan seseorang, mulai dari keadaan lingkungan, keluarga, pergaulan, dan lain sebagainya. Namun di atas semua itu, ada satu faktor terpenting yang kerap dilupakan banyak orang, yaitu hubungan pribadi dengan Tuhan. Hal itulah yang terjadi pada Bangsa Israel di masa pelayanan Nabi Hagai. Bangsa itu berusaha keras membangun kehidupannya, tapi hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Lantas apa yang kurang? Melalui pernyataan profetisnya, Nabi Hagai menyatakan bahwa ketiadaan Bait Suci di tengah bangsa itu adalah penyebab semua kemandegan yang terjadi (Hag. 1:5-5-6).
Pernahkah kita merasa telah banyak bekerja keras dan berkurban demi kehidupan yang lebih baik, tetapi malah mendapati semuanya itu seolah sia-sia. Tidak ada perubahan berarti dalam kehidupan kita. Keributan demi keributan yang mewarnai rumah- tangga bukannya mereda tapi malah makin parah, kondisi keuangan tetap paspasan bahkan kerap minus, dan lain sebagainya. Namun melalui firman Tuhan, saat ini kita diingatkan untuk melakukan introspeksi total atas kehidupan kita. Terutama tentang bagaimana keadaan hubungan pribadi kita dengan Tuhan.
Kita harus menyadari bahwa Tuhan tidak pernah menginginkan umat-Nya hidup dengan standar biasa-biasa saja, atau malah di bawah standar alias berkekurangan. Dia mau kehidupan kita berbeda sehingga menjadi kesaksian iman bagi setiap orang yang melihatnya. Perhatikan janji Tuhan ini: “TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia” (Ul. 28:13). Untuk itu, selain harus berani mengusahakan dan membayar harganya, kita juga harus memiliki hubungan yang baik dengan-Nya. Misalnya dengan semakin banyak berdoa, lebih serius dalam membaca, merenungkan, dan melakukan firman Tuhan.
Bangunlah mezbah Tuhan dan kedekatan nyata dengan-Nya dalam kehidupan kita. Lakukanlah itu dan alamilah kehidupan yang diubahkan.
Sumber: Renungan Malam, September 2009
Label: Renungan
Waktu Untuk Berkarya
Bacaan: 2 Samuel 19:31-39
Apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang sudah menginjak masa pensiun? Bersantai di rumah sepanjang hari atau bercengkrama bersama cucu di rumah mungkin adalah pilihan yang wajar. Namun, pilihan-pilihan itu bukan sesuatu yang menarik bagi Sadako Ogata. Betapa tidak, mantan pemimpin badan PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) ini memilih terus berkarya meski usianya terus bertambah uzur. Saat ini, Ogata menjabat sebagai presiden Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA). Ini bukan tugas ringan. Pasalnya JICA kini juga menaungi Japan Bank for International Cooperation, lembaga bantuan bilateral terbesar di dunia yang memiliki 1.600 staf dengan aset keuangan mencapai US$10,3 miliar. Tak ayal, tanggung jawabnya kini semakin kompleks dan tekanannya semakin besar. Apakah ia tidak merasa lelah dengan semua itu? “Tidak, saya tidak pernah merasa lelah berjuang untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi yang membutuhkan. Saya bukan penggila kerja, tapi ini adalah cara saya memaknai kesempatan berkarya dalam kehidupan,” ujarnya ringan.
Kehidupan adalah kesempatan untuk berkarya. Inilah kesadaran yang harus dimiliki setiap orang terkait keberadaan dirinya di tengah dunia ini. Sayangnya, banyak orang menolak memahami posisinya dan membuat batasan bagi dirinya untuk berkarya. Salah satu batasannya adalah usia, karena itulah kita kemudian mengenal istilah pensiun. Padahal, selama manusia hidup ia masih harus tetap berkarya dengan berbagai cara. Melalui kehidupan Barzilai, kita diingatkan bahwa satu-satunya yang membatasi seseorang untuk berkarya adalah dirinya sendiri. Perhatikanlah Barzilai. Menyadari keterbatasan fisiknya, ia melayani Daud dengan apa yang ada padanya, yaitu kekayaannya. Itulah satu-satunya cara baginya untuk tetap dapat melayani. Dari sini dapat dipahami bahwa masalahnya tidak terletak pada usia, tapi pada kesadaran diri akan hidup dan kesempatan-kesempatan yang ada di dalamnya.
Siapapun dan bagaimanapun keadaan kita saat ini, janganlah pernah memandang keterbatasan kita sebagai pembenaran untuk berhenti berkarya. Ingat,menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi muda itu adalah pilihan.
Sumber: Renungan Pagi, September 2009
Label: Renungan
Saling Melengkapi
Bacaan: Kejadian 2:20-25
Selama ini wanita selalu diidentikkan sebagai kaum yang lemah. Padahal wanita justru lebih kuat dibanding laki-laki. “Saya melihat dari pengalaman keluarga saya sendiri, ayah saya menikah tiga kali. Ia tidak mampu mengurusi keluarga setelah istrinya meninggal,” terang Samuel Mulia, seorang kolumnis dan pengamat fashion. Ia juga mencontohkan kekuatan yang dimiliki perempuan terlihat saat ia mengandung. Belum lagi harus merasakan sakit saat melahirkan.
Jika manusia sering memandang kaum wanita sebagai kaum yang lemah, Tuhan justru menyebut wanita sebagai penolong bagi kaum pria. Ketika manusia pertama selesai menjalankan tugas untuk memberi nama kepada binatang-binatang yang telah diciptakan Tuhan, ia justru mendapati bahwa bagi dirinya tidak ada teman yang sepadan. Jika binatang itu tinggal berpasang-pasangan sehingga bisa menjalani kehidupan bersama, mencari makan bersama, dan pada saatnya menjalankan fungsi menghasilkan keturunan untuk melestarikan kehidupan sesuai dengan jenisnya, Adam justru belum mencapai keadaan itu. Oleh sebab itu Tuhan membuat manusia itu tidur dan membangun manusia yang disebut sebagai penolong melalui salah satu tulang rusuknya.
Ungkapan kegembiraan dan kekaguman keluar dari manusia pertama saat pertama kali menyaksikan makhluk yang sejenis dengan dirinya. Ia tidak lagi kesepian, menanggung beban, dan segudang penderitaan lain yang berpangkal dari kehidupan seorang diri. Berdua, mereka bisa saling mengisi kekurangan dan bersinergi guna mewujudkan visi ilahi.
Tuhan menghadirkan kita dan pasangan maupun orang lain di kehidupan ini, untuk saling melengkapi. Oleh sebab itu, marilah kita ciptakan kebersamaan untuk saling memberdayakan.
Sumber: Renungan Siang, September 2009
Label: Renungan
Jaminan Kebahagiaan
Bacaan : Amsal 3:13-18
Uang tidak bisa menjamin kebahagiaan. Selama beberapa dekade, para ekonom banyak melakukan studi untuk mematahkan anggapan itu. Ungkapan itu awalnya muncul dan diyakini sebagai sebuah kebenaran dengan adanya teori yang menyebutkan bahwa kebahagiaan negara tidak naik seiring dengan naiknya pendapatan, atau disebut dengan Paradoks Easterlin. Namun, peneliti dari Wharton School of Business, University of Pennsylvania, mengatakan bahwa Paradoks Easterlin salah. Menurut mereka, ada kaitan antara kemakmuran dan kebahagiaan. Makin makmur berarti makin bahagia.
Segala sesuatu dapat dibeli dengan uang. Makanan sehari-hari, perabot rumah tangga, mobil dan masih banyak lagi. Dengan uang kita memiliki kesempatan untuk sekolah, kuliah, berpergian ke mana saja dan berbagai kesempatan lainnya. Uang memberikan kemudahan manusia untuk memenuhi kebutuhan, memperkaya diri bahkan dapat memberikan kekuasaan sehingga begitu banyak orang rela mengurbankan apa saja demi uang. Namun, tidak dapat dipungkiri juga bahwa uang tidak dapat memberikan kebahagian yang sesungguhnya. Uang mempengaruhi kebahagiaan seseorang tetapi bukanlah satu-satunya faktor utama kebahagiaan. Terbukti, banyak orang yang memiliki banyak uang tapi tidak bahagia karena keluaganya berantakan, mengalami gangguan kesehatan, tidak memiliki damai sejahtera, dan lain sebagainya. Sebagai orang percaya, kita tahu bahwa kebahagian sejati hanya ada di dalam Yesus Kristus. Kebahagiaan kita dapatkan ketika kita dapat terus hidup dalam bimbingan Tuhan yang selalu diiringi dengan ucapan syukur setiap saat.
Marilah kita renungkan, seberapa besar kebahagiaan yang kita dapatkan hari-hari ini. Apakah selama ini kebahagiaan kita hanya kita dasarkan pada kekayaan semata? Ingatlah, hanya di dalam Kristus kita bisa menjalani hidup penuh damai sejahtera dan kebahagiaan sejati. Mintalah penyertaan Tuhan untuk selalu membimbing kita hidup di jalan-Nya, untuk meraih kebahagiaan yang sesungguhnya. Selamat beristirahat.
Sumber: Renungan Malam, September 2009
Label: Renungan
Selalu Berkemenangan
Bacaan: 1 Raja-raja 20:23-34
Jenderal Douglas MacArthur (1880-1964) adalah salah satu jenderal sekutu yang paling disegani dalam Perang Dunia Kedua. Perannya dalam rangkaian Perang Pasifik tidak dapat dipandang sebelah mata, terutama saat ia berhasil merebut Filipina dari tangan Jepang. Namun demikian, ia malah mengaku bukanlah seorang pemenang sejati. Walau kerap melihat ganasnya medan perang, tapi ia justru mengatakan bahwa peperangan terbesarnya justru terjadi saat ia berada di tengah keluarganya. Di medan perang itulah ia kerap mengalami kekalahan dan harus memeras otak jauh lebih keras. “Saya bukan pemenang sejati karena tidak mampu menunjukkannya di setiap jengkal kehidupan,” ujarnya.
Dalam bacaan firman Tuhan hari ini, kita membaca tentang bagaimana orang-orang Israel meraih kemenangan atas bangsa Aram di tanah datar. Peperangan ini terjadi karena para pegawai raja Aram berpikir Allah Israel memiliki keterbatasan dan kuasa-Nya dibatasi oleh tempat. Kita mungkin tertawa saat membaca cerita ini, tetapi itulah fakta yang harus dihadapi dalam hidup keseharian kita. Setiap orang pasti memiliki pertempuran-pertempuran yang harus dimenangkan di dalam hidupnya. Sayangnya, banyak orang hanya menjadi pemenang di satu bidang, tetapi mengalami kegagalan di bidang yang lain. Namun, hal itu seharusnya tidak terjadi dalam kehidupan setiap orang yang benar-benar takut akan Tuhan. Jika Tuhan memberkati kita dalam satu hal, Dia pun berkuasa untuk memberkati kita dalam bidang-bidang lainnya.
Kita harus menyadari bahwa Tuhan menginginkan umat-Nya selalu menjadi pemenang, bukan pecundang. Dia mampu memulihkan keluarga yang hancur, menyembuhkan penyakit yang tak mampu lagi ditangani secara medis, hingga membuat terobosan-terobosan untuk masa depan kita. Untuk itu, kita harus lebih mengandalkan Tuhan dan hidup seturut firman-Nya. Meski bukan sesuatu yang mudah, mengingat semua keterbatasan kita, tetapi hal itu bukanlah sesuatu yang tidak mungkin untuk dilakukan. Saat ini, janganlah takut akan segala sesuatu yang harus kita hadapi. Ingatlah bahwa Tuhan selalu menyertai kita, dan hanya bersama-Nyalah kita akan menang.
Renungan Pagi, September 2009
Label: Renungan
Melacak Jejak Kebenaran Alkitab
Alkitab adalah kebenaran mutlak. Ada yang menerimanya mentah-mentah, ada juga yang bersikukuh mencari hingga “muntah”. Bagaimana seharusnya?
Genap berusia 23 tahun di April lalu, Jonathan Joko Susanto Prihantoro Kaligis, tampil santai dengan kemeja coklat bergaris lurus dipadu jeans. Khas anak muda. Siang itu (21/7), Nathan, panggilan akrabnya, didaulat oleh Bahana untuk bercerita.
Nathan mengaku tidak terbiasa membaca Alkitab setiap hari. Namun di waktu yang sesekali itu, ia cukup merasakan manfaat membaca Firman Tuhan. Terutama ketika sedang down atau sedang dilanda kesepian.
“Ayat-ayat di Alkitab bisa membuatku bersemangat kembali. Rasa kesepian lenyap karena seperti ada yang menemani,” ungkapnya jujur. Ia juga percaya bahwa Alkitab berisi panduan yang benar untuk menjalani kehidupan sementara di dunia ini.
Munculnya Keraguan
Jika dirunut secara logika, beberapa bagian Alkitab memang tidak masuk akal manusia. Misalnya, bagaimana mungkin seorang perawan bisa mengandung dan melahirkan? Atau, bagaimana mungkin orang mati bisa bangkit kembali?
Nathan mengatakan bahwa ia sempat terpengaruh oleh teman-temannya yang meragukan kebenaran Alkitab. Dimulai dari diskusi-diskusi kecil tentang keganjilan-keganjilan dalam Alkitab. Ditambah dengan begitu banyak bukti yang dibeberkan oleh buku-buku dan film. Semua bertujuan menolak keabsahan Alkitab.
Hal serupa tapi tak sama dialami oleh Eko Sujatmiko (32). Ditemui Bahana di sela kesibukannya sebagai Manajer Pengembangan Penerbit ANDI, Eko menjelaskan bahwa ia pun mulai skeptis pada Alkitab setelah mempelajari ilmu fisika sains murni.
“Yang kutanyakan pertama kali adalah : apa benar Tuhan (yang kita sembah, red) itu adalah Tuhan yang menciptakan kita? Kalau Dia Mahakuasa, mengapa banyak hal-hal buruk terjadi di dunia? Bukankah Dia membuat segala sesuatunya itu baik? Dan sebagainya, dan sebagainya,..”
Bisa Melanda Setiap Orang
Eko telah mendapat warisan iman dan keselamatan sejak kecil dari orangtuanya. Sejak kelas 2 SMP sampai kelas 2 SMA, ia sangat dekat dengan Tuhan, sering berdoa, baca Firman Tuhan, dan mempergumulkan ini dan itu. Ia mencatat, ada banyak doa yang dijawab oleh Tuhan. “Aku dulu termasuk anak alim,” ucapnya sembari tertawa.
Namun jelas itu bukan jaminan. Masa kedekatan tersebut pun lewat perlahan. Pelajaran di bangku kuliah perihal penciptaan alam semesta mulai menarik minatnya. Diskusi-diskusi menarik mulai gencar dilakukan. Ia mengetahui teori paling mutakhir yang mengatakan bahwa alam semesta bisa tercipta dengan sendirinya, lalu berevolusi menurut waktu hingga seperti sekarang. “Dalam teori tersebut, Tuhan tidak diperlukan. Hal-hal seperti ini yang kemudian sempat menggerogoti imanku,” ujarnya.
Temukan Titik Balik
Jika membaca Alkitab saja sudah cukup bagi Nathan, Eko justru tidak puas. Karena hobi membaca, ia melahap banyak buku-buku yang sekiranya mampu menjawab pertanyaan-pertanyaannya tersebut. Ia juga berdiskusi lebih banyak dengan teman-teman kuliah, dan bahkan mempelajari berbagai kepercayaan yang berbeda. Hasilnya? Nihil. Ia tidak menemukan jawaban yang memuaskan.
Lalu suatu ketika di hari Natal, sebaris ayat dari Alkitab menyentaknya. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh.3:16)
“Ini ayat yang sering kita dengar. Tapi waktu itu berbicara padaku secara berbeda. Yaitu bahwa tidak mungkin manusia mencari Tuhan. Yang mungkin adalah Tuhan mencari manusia. Dan satu-satunya yang mengajarkan itu adalah kekristenan. Kekristenanlah yang mengajarkan bahwa Kristus turun ke dunia untuk menjumpai manusia,” ucap Eko dengan nada tegas.
Inilah masa yang disebutnya sebagai titik balik; yaitu ketika cara pandang terhadap Alkitab berubah sama sekali.
Mempertahankan Pokok Iman
Apakah penting untuk mengetahui bahwa Alkitab itu masuk akal atau tidak? “Penting. Tapi tidak semuanya. Iman jangan dibangun dengan logika, meskipun untuk beberapa bagian logika akan menguatkan iman,” jelas Eko.
Bagaimana jika ada yang menyodorkan bukti-bukti valid mengenai ketidakabsahan data di Alkitab? Eko menjawab pertanyaan ini dengan sangat lugas, “Alkitab bukan buku ilmu pengetahuan. Alkitab adalah surat cinta Tuhan kepada manusia.”
Bagaimana dengan bagian Alkitab yang tampak ganjil? Eko memberikan sebuah contoh. Apakah Yesus pernah merasa takut? Ternyata, Markus mencatat bahwa Yesus pernah merasa takut.
“Tapi hal-hal seperti itu tidak mengubah pokok iman kita, yaitu Yesus Kristus itu sendiri.”
Mengubah Cara Pandang
Eko mengatakan bahwa proses pencarian Tuhan dan kebenaran itu kemudian menjadi tampak paradoks. Ketika manusia mencari, jika Allah tidak berkenan ditemui, mereka tidak akan menemukan. Tapi, itu tidak berarti manusia kemudian diam saja. Manusia harus mencari tahu agar mengerti.
Masalahnya, dalam proses pencarian tersebut, beberapa orang kemudian menyerah, lalu berhenti mencari dengan sungguh-sungguh. “Karena keputusan untuk menemui kita adalah mutlak di tangan Dia. Jadi, berbahagialah orang-orang yang telah dipilih Allah untuk itu,” tandasnya.
Yang paling penting adalah manusia harus bertumpu pada satu pernyataan yang memandang Alkitab sebagai satu-satunya kebenaran yang tak terbantahkan. Jika ada yang tidak benar, maka manusia yang harus berubah untuk menyesuaikan diri dengan kebenaran Alkitab tersebut.
Relevansi
Keraguan juga sering melanda orang percaya (maupun mereka yang tidak percaya) karena konteks penulisan Alkitab jauh berbeda dengan kondisi kita saat ini. Menyelaraskan konsep Alkitab dengan zaman sekarang menjadi kontroversi tersendiri.
Bagi Eko, itulah tantangan sebenarnya. Dengan kata lain, bagaimana agar orang percaya mampu melihat keterkaitan Alkitab dalam kehidupan sehari-hari.
Mencari tahu dengan cara membaca buku hanyalah salah satu gaya belajar. Setiap orang, menurut Eko, berhak dibebaskan untuk mencari dengan gayanya masing-masing.
“Bentuklah kelompok-kelompok diskusi dengan pendamping yang berpengalaman. Jangan mencari seorang diri karena kemungkinan akan tersesat. Saya bersyukur karena masa dua tahun pencarian terhadap kebenaran Alkitab tersebut didampingi oleh seorang sahabat yang memberi banyak masukan berharga.”
Namun di atas semuanya itu, Eko menutupnya dengan mantap, “Yang lebih penting, renungkanlah Firman Tuhan tersebut siang dan malam. Karena pencerahan yang sebenarnya berasal dari situ.”
Kiranya tak berlebihan jika kita mengutip perkataan Nathan, sang generasi muda, bahwa Alkitab akan selalu memberikan jawaban yang pasti. Jadi, apakah Anda sudah mutlak mendapatkannya?
Sumber: Majalah Bahana, September 2009
Label: Info Alkitab
Alkitab Buku yang Telah Teruji
Pada zaman reformasi, Martin Luther menyerukan salah satu semboyan yang terkenal. Semboyan itu adalah Sola Scriptura. Artinya, hanya oleh Alkitab. Dari semboyan itu, dibangun pemahaman bahwa seluruh doktrin dan sikap hidup kristiani dibangun atas dasar Alkitab. Alkitab menduduki posisi sentral dalam teologi dan kehidupan Kristen sehari-hari.
PERGESERAN PARADIGMA
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, semboyan itu lama-lama mulai luntur. Bahkan dengan dominannya rasio pada zaman modern, maka Alkitab dianggap buku kuno—kurang relevan. Alkitab dianggap tidak ada kaitannya dengan kehidupan kini. Belum lagi, peralihan dari zaman modern ke postmodern. Stanley J. Grenz dalam Postmodernisme: Sebuah Pengenalan (terj. Wilson Suwanto) mengatakan: “Banyak kaum postmodern percaya bahwa keanekaragaman kebenaran dapat hidup berdampingan bersama-sama. Kesadaran postmodern menganut sikap relativisme dan pluralisme.” Berdasarkan pendapat itu, maka dapat dikatakan dalam era postmodern tidak ada kebenaran yang mutlak. Semua serba relatif. Termasuk kebenaran Alkitab yang diyakini sebagai firman Tuhan.
Di sisi lain, kita meyakini bahwa Alkitab adalah kebenaran mutlak (setidaknya bagi orang Kristen). Mengapa? Dasar pemahamannya adalah Alkitab wahyu Allah. Meminjam istilah Dr. W. Gary Crampton, disebutnya Alkitab adalah transkrip suci karakter-Nya. Maka, implikasi dari pemahaman tersebut ialah Alkitab adalah jawaban terhadap berbagai persoalan hidup manusia sepanjang masa. Alkitab selalu relevan karena sumbernya dari Allah yang kekal. Alkitab itu bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran (2Tim.3:16).
RELATIF?
Akan tetapi, bagaimana dengan pemahaman postmodern yang percaya pada relativisme dalam kebenaran. Kebenaran Alkitab itu relatif. Konsekuensinya, tidak usah terlalu mempercayai Alkitab karena Alkitab bukan kebenaran mutlak. Bahkan dalam komunitasnya (penganut postmodern) punya kebenaran lokal yang diakui bersama. Kebenaran itu bisa berasal dari berbagai sumber yang diadaptasi dan diterima oleh kelompok tersebut. Otomatis otoritas Alkitab sebagai firman Tuhan mulai tergeser.
Arus postmodern sukar dihindari. Nyatanya, pemikiran dan filosofi postmodern telah menembus budaya manusia. Ada baiknya, kita perlu merenungkan pernyataan Martin Luther yang saya bahasakan secara bebas. Luther mengatakan kita tidak bisa melarang burung terbang di atas kepala kita, tapi kita dapat melarangnya bersarang di atas kepala kita.
Sekarang, apakah Alkitab masih dapat dikatakan sebagai kebenaran mutlak? Bagaimana gereja meyakinkan umat bahwa Alkitab adalah kebenaran abadi yang masih relevan? Dan, bagaimana pula umat Kristen merespons kebenaran Alkitab yang dapat menjawab persoalan hidup masa kini?
Label: Info Alkitab
Menjadi Orang Sabar
Dewasa ini, kemarahan semakin mudah terlihat dimana-mana. Penyebabnya pun bermacam-macam, mulai dari merasa diperlakukan dengan tidak adil, tersinggung, sampai tekanan kebutuhan ekonomi. Padahal, kita juga melihat betapa mengerikannya dampak kemarahan yang tidak segera dibereskan. Berikut ada beberapa tips bagi Anda yang ingin menjadi pribadi yang lebih sabar:
1. Buang dan tinggalkan kemarahan Anda.
Bagi beberapa orang, kemarahan bisa menjadi semacam lambing kekuasaan. Dengan cara ini, mereka merasa bahwa harga dirinya akan tersanjung. Namun, bagi orang percaya, kemarahan justru merupakan tanda kelemahan karena dapat membawa seseorang melakukan kejahatan. Pemazmur menasihatkan hal tersebut dalam Mazmur 37:8. Karena itu, Anda perlu membuang serta meninggalkan kemarahan Anda dengan segera, sebelum Anda menyesal karena dampak yang diakibatkan olehnya.
2. Bereskan kemarahan Anda.
Bereskanlah kemarahan Anda dengan meminta ampun kepada Tuhan. Percayalah, ketika Anda mengakui dosa-dosa yang berkaitan dengan kemarahan Anda, Allah akan mengampuni dan menyucikan Anda dari segala kejahatan. Mintalah kekuatan dan anugerah-Nya agar Anda dapat menanggung akibat dari kemarahan yang pernah Anda lakukan.
3. Belajarlah untuk sabar.
Orang yang bijaksana dan besar pengertiannya adalah orang yang sabar. Sebaliknya, orang yang lekas marah bukanlah termasuk orang yang pandai (Ams. 14:17, 29). Memang, belajar menjadi orang yang sabar tidak semudah yang dibayangkan, malah terkadang menyakitkan. Oleh karena itu, diperlukan kasih karunia Tuhan serta komitmen yang kuat untuk melakukannya.
4. Lekas mengampuni.
Tidak ada orang sempurna di dunia ini. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, termasuk Anda sendiri. Melepaskan pengampunan adalah respons terbaik yang dapat kita lakukan terhadap orang yang bersalah kepada Anda, sebab perlakuan yang sama juga akan Anda terima dari Bapa di surga (Mat. 6:15). Semakin cepat Anda mengampuni seseorang, maka pengampunan yang sama juga semakin cepat Anda terima dari Bapa.
Sumber: Renungan Siang, September 2009, dan Akar Dosa/Penerbit ANDI 2007
Label: Renungan
Hidup Maksimal
Bacaan: 1 Korintus 10:1-12
Lembaga kesehatan Amerika memberikan peringatan penting mengenai lima bahaya tersembunyi terhadap anak-anak di dalam rumah. Kelima bahaya tersebut adalah: magnet, barang-barang atau makanan yang sudah kadaluarsa, terjungkal atau tertimpa sesuatu, jendela dan tirai, serta seputar air dan kolam. Kelima hal ini sudah terbukti sering membawa kecelakaan yang serius bahkan kematian pada anak-anak karena cenderung diabaikan. Berhati-hatilah!
Demikian pula ada lima hal yang dapat menghambat maksimalnya hidup orang percaya, yang dapat dipelajari dari kehidupan bangsa Israel. Kelima hal yang sebaiknya kita hindari tersebut adalah: menginginkan hal-hal yang jahat, menyembah berhala, percabulan, mencobai Tuhan, dan bersungut-sungut. Kelima hal inilah yang membuat seluruh bangsa Israel yang keluar dari Mesir mati mengenaskan di padang gurun, kecuali Musa, Yosua, dan Kaleb. Perikop ini tertulis di dalam Alkitab untuk memperingatkan kita supaya dapat mengalami kualitas hidup yang maksimal, mencapai “Tanah Perjanjian” yang sudah Allah sediakan bagi setiap orang percaya. Tanah Perjanjian adalah lambang adalah kualitas hidup maksimal yang dapat dialami oleh setiap umat Tuhan: penyertaan Allah yang maksimal, pengenalan akan Allah yang maksimal, berkat yang maksimal, serta kehidupan yang berkenan kepada-Nya. Kelima hal ini patut mendapatkan perhatian serius bagi kita, terlebih bila kita sendiri mungkin masih bergumul untuk melepaskan diri dari pengaruh kelima dosa tersebut.
Tidak ada salahnya jika siang ini dengan cepat kita melakukan evaluasi diri berkenaan dengan kelima dosa ini. Mintalah pengampunan Allah sekarang juga jika sedang bergumul di dalamnya, dan mintalah anugerah Tuhan supaya kita dapat menjalani kualitas hidup yang maksimal.
Sumber: Renungan Siang, September 2009
Label: Renungan
Komisi GRATIS
1. Bergabunglah Dengan kami Di Sini
"100% GRATIS Tanpa keahlian apapun untuk bergabung"
Anda Juga Bisa Langsung mendapat kan Bonus - Bonus dibawah ini :
- Bonus langsung Berbagai EBOOK berkualitas tinggi
- Sebuah Virual Office Pribadi ( Member Area )
- Informasi Bisnis Gratis & Sumber Uang lainnya
- URL pribadi dengan pola :
http://www.komisigratis.com/?id=ID_anda
Yah..anda hanya perlu mengajak 10 orang untuk bergabung
Dan Sebagai imbalannya kami akan memberikan KOMISI sebesar Rp.25,- untuk setiap orang yang anda Rekrut, dan Rp.25,- lagi untuk setiap orang yang direkrut oleh jaringan anda hingga 7 Level Dibawah anda.
Gunakan URL Pribadi anda ( http://www.komisigratis.com/?id=ID_anda ) untuk merekrut, karena sipapun yang mendaftar melalui URL tersebut secara otomatis akan masuk dalam jaringan anda.
Label: Bisnis GRATIS


Tukar Link YuUuK !!
Headline News
Menu
Followers
Blog Archive
-
▼
2009
(24)
-
▼
September
(24)
- 5 Cara Meraih Sukses
- Indah Pada WaktuNYA
- Kasih Melahirkan Mujizat
- Laura Lazarus: Kecelakaan Pesawat itu Membuatku Le...
- Makanan Utama
- Duta TUHAN
- Mantapnya Percaya
- Menolong Sesama
- Kenangan Masa Lalu
- Wah, Ini Mewah !
- Keajaiban Karya TUHAN
- Think First !
- Sikap Pemenang
- Sikap Pemenang
- Hubungan Yang Terabaikan
- Waktu Untuk Berkarya
- Saling Melengkapi
- Jaminan Kebahagiaan
- Selalu Berkemenangan
- Melacak Jejak Kebenaran Alkitab
- Alkitab Buku yang Telah Teruji
- Menjadi Orang Sabar
- Hidup Maksimal
- Komisi GRATIS
-
▼
September
(24)